Sekitar tahun 2004-an, waktu gue masih unyu-unyu dengan seragam merah putih, di Indonesia sedang heboh akan beberapa kejadian mistis loh. Salah satu nya adalah berita burung tentang sesosok makhluk yang hanya memakai underwear berwarna hijau. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan ‘Kolor Ijo’. Kolor ijo adalah manusia yang menjadi makhluk jadi-jadian untuk menuntut ilmu hitam, soalnya kalau mau nuntut ilmu putih harus bayar layaknya gue (baca; sekolah).
Kolor ijo mencari ilmu dengan cara memperkosa wanita, baik yang masih gadis maupun yang sudah menikah. Dengan makin banyaknya wanita yang ia gagahi maka kesaktiannya diyakini akan bertambah. Dikabarkan ia melancarkan aksinya ketika menjelang malam. Jadi saat itu banyak wanita yang nggak berani tidur sendirian. Termasuk gue, eh, gue juga takut loh diperkosa. Siapa tau si kolor ijo itu khilaf, atau ngerasa bosen sama wanita.
Nah di kampung tempat gue tinggal, , instruksi-instruksi ngawur pun berhembus kesana-sini. Kenapa ngawur, karena mereka melakukan sesuatu untuk melawan kolor ijo itu berdasarkan feeling mereka aja. Misalnya menempel lembaran-lembaran tulisan doa berbahasa arab di depan pintu, jendela, maupun dinding rumah. Mereka yakin dengan tulisan itu si kolor ijo nggak berani masuk ke rumah mereka. Apa mereka nggak mikir yah, siapa tau aja si kolor ijo nggak bisa baca, hayo gimana?.
Nah ada satu hal lagi selain tulisan arab yang digunakan mengatisipasi si kolor ijo, yakni menggunakan daun kelor. Beberapa tungkai daun kelor diletakkan mengelilingi rumah, jadi seperti pager gitu. Nggak tau dari mana mereka berpikir dengan kelor bisa menghalau kolor ijo. Apa mereka berpikir dengan nama yang hampir sama dan juga warna yang sama-sama hijau akan menghentikan si kolor ijo?. Siapa tau itu makanan favorit si kelor hijau atau kalo ngga daun kelor udah dianggap bunga bagi kolor ijo. Jadi si kolor ijo udah ngerasa layaknya ia disambut oleh si empunya rumah ketika hendak mampir untuk menikmati keperawanan dirumah yang bersangkutan.
Kebetulan rumah gue berlokasi di areal kebun jadi berbagai tanaman termasuk pohon kelor yang dengan riang berkembang biak disini. Untuk kaum gue, maksudnya suku gue, daun kelor adalah salah satu makanan khas. Emak gue memasaknya seperti sayur bening dan kadang mencampurkannya dengan mie instan. Rasanya gurih-gurih gimana gitu, apalagi saat itu hujan tutun trus kita santap tuh sayur kelor yang baru aja masak, uhhh tiba-tiba lapeer.
Ketika kasus kolor ijo merambat ke kampung gue. Orang kampung pun berduyun-duyun bertamu ke rumah gue. Semua mempunyai niat yang sama, ingin mengambil daun kelor untuk mengusir si kolor. Karena ternyata hanya di kebun kami saja yang ada pohon kelornya. Emak gue mengijinkan mereka untuk mengambil daun kelor tersebut.
Eh iya rumah kami nggak mengikuti tren waktu itu (memasang daun kelor di rumah). Ketika mereka bertanya kepada emak gue perihal kenapa nggak ngikut, emak gue hanya berkata ‘kami kan udah makan daun kelor, pasti si kolor ijo nggak berani ama kami hahahaha’. Gue mengamini soalnya kalo nggak pasti gue dikutuk jadi batu, batu ginjal. Bahaya kan.
Dan kisah kolor ijo yang datang tiba-tiba menghilang dengan tiba-tiba juga. Namanya juga kisah yang tak jelas, berakhir dengan tidak jelas. Seperti cinta gue, nggak jelas. Gue pernah bilang ‘Dunia ini tak selebar daun kelor kok, tenang aja, kamu pasti kuat’ kepada teman cewek (baca; gebetan gue) yang baru diputus cintanya oleh si pacar. Gue bilang itu ke dia karena lelaki itu tak hanya satu didunia yang luas ini, masih ada lelaki lain yang masih berharap cinta dia, termasuk gue. Ngenes?, iyaa.
Hikmah yang bisa di catet dalam cerita ini, jangan pernah takut kepada makhluk jejadian yang nggak jelas ya. Ingat selalu ada Tuhan disampingmu. Makan saja kelor mu tanpa niat untuk si kolor itu. Trus jangan lupa, masih ada gue yang masih berharap cinta mu. #ehlupakan.
Nikmatilah cinta seperti menikmati sayur kelor di tengah hujan. Terasa nikmat walau dengan makanan seadanya, begitu pun dengan cinta. Cinta yang indah adalah sebuah perasaan yang terbentuk tanpa alasan, perasaan yang terjadi apa adanya dan ternikmati tanpa ragu dalam dada.
………
Link terkait :
- Musik Mabuk Mantan
- The Idol’s Gangway
- Jomblo Hingga Malaysia
- Aku Kamu Yang Terhalang Dia
- The Moment Of Love Song #2
- De Gerimis Absurditories
- The Moment Of Love Song
- Kekerasan Dalam Hubungan Teman
- Alasan Absurd Yang Biasa Diucapkan Cewek Untuk Memutuskan Pasangannya
- Komunitas Video Instagram Indonesia Yang Lucu Abieees !!
Baca juga yah :
hahaha….
di rumah juga ada pohon kelor….
berarti keluargaku g bakal ada kolor ijo mampir y,,, kan jg ud makan 😀 😀
Iyaa kata emak sih gitu, semoga ya,,
Hahaa
hahaha LOL 😀
si kolor ijo kabarnya udah ketangkap kan ya?
Kabarnya saja., aku masih sering liat kolor ijo dimana2, paling sering dipasar *eh
Apa hubungannya daun kelor sama kolor ijo?
Percaya saja sama Tuhan, jauh lebih baik. 🙂
Iya, kepercayaan masyarakat gitu…
Iya lebih baik 😀
Kadang memang sudah kepercayaan agak susah misahnya.
iya, kepercayaan yang dibentuk dan disebarkan masyarakat itu sendiri 😀
Sayang sekali, ya. Padahal kita punya pedoman bagus dan sudah tentu kejelasannya, namun masih saja mempercayai hal-hal yang belum jelas.
2004 masih pake merah putih? Aku aja udah pake putih abu itu.
Wah masih bocah donk? *ups *sekali berkunjung ke lapak orang langsung anarkis 😛
Emak kau keren sekali. Asli. Salam yaa salut eyyy
Terus endingnya kok ngenes banget sih? Cucian deh lo! 😛
Sebenernya itu jarang, sering mah ga pake baju, eh..
Ngenes? Cucian saya? Di laundry kok, hahaha
kolor ijo lagi main sama avenget
Itu hulk, hehe 😀
ini WP rame banget Kunci nya apa kk
Rame gimana dek?
Intinya saling berkunjung aja, pasti rame 😀