Sarjo melamar pekerjaan sebagai penjaga lintasan kereta api.
Dia diantar menghadap Pak Banu, kepala bagian, untuk test wawancara.
“Seandainya ada dua kereta api berpapasan pada jalur yang sama, apa yang akan kamu lakukan?”,
tanya Pak Banu, ingin mengetahui seberapa cekatan Sarjo.
“Saya akan pindahkan salah satu kereta ke jalur yang lain,” jawab Sarjo dengan yakin.
“Kalau handle untuk mengalihkan rel-nya rusak, apa yang akan kamu lakukan?”, tanya Pak Banu lagi.
”Saya akan turun ke rel dan membelokkan relnya secara manual.”
”Kalau macet atau alatnya rusak bagaimana?”
“Saya akan balik ke pos dan menelpon stasiun terdekat.”
“Kalau telponnya lagi dipakai?”
“Saya akan lari ke telpon umum terdekat?”
“Kalau rusak?”
“Saya akan pulang menjemput kakek saya.”
”LHO?,” tanya Pak Banu heran dengan jawaban Sarjo.
“Karena seumur hidupnya yang sudah 73 tahun, kakek saya belum pernah melihat kereta api tabrakan :D
”
Wkwkwkkw,…
haha… kesian kakek,
kok kasian? 😀
iya beloom pernah liat kereta api kecelakaan. pdahal baru kemarin.. hhaha 😀
Wkwkwk
Kalo kakeknya nggak ada gimana ….
kan masih ada nenek nya 😀
Neneknya juga nggak ada …
*maksa
masih ada uyut ko :p
wakakakakak, kejauhan Om ….
*bawain silsilah keluarga
eh bentar, saya anak siapa? #anemia
saya dimana …..
#insomnia
disana *nunjuk sana* #pertanyaan : “sana itu dimana yo”?
disana……tempat lahir beta,,
*malah nyanyi
dibuai di besarkan bundaaa…
*ikutan nyanyi
lari ke rel kereta …..
*mending denger suara kereta ajah
cuk kicak kicuk kicak kicuk kereta berangkat…
#wkwkkw